Langsung ke konten utama

Mengenal Languishing: Fenomena Hidup Segan Mati Tak Mau dan Cara Menanggulanginya

   

Foto oleh Mizuno K dari pexels

Dalam hidup, ada kalanya kita dihampiri perasaan hampa dan kosong. Meski demikian, kita tidak berdiam diri dan masih memiliki cukup energi untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan yang menumpuk. Namun, kita tidak mempunyai semangat membara untuk mencetak hasil yang luar biasa seperti yang dilakukan kebanyakan orang. Kemudian perasaan hampa itu membuat kita kehilangan tujuan sekaligus keceriaan terhadap hidup yang sedang dijalani, persis seperti keadaan yang digambarkan dalam pribahasa ‘hidup segan mati tak mau.” Keyes (2002) menamai kondisi ini dengan istilah languishing

Languishing adalah kehidupan putus asa yang tenang yang ditandai dengan perasaan kosong dan stagnansi (Keyes, 2002). American Psychological Association (APA) mendefinisikan languishing sebagai kondisi mental yang tidak sehat, yang ditandai dengan perasaan hampa, sikap apatis, ketidakberdayaan, dan hilangnya minat pada kehidupan. Kemudian, Grant (2021) menambahkan bahwa languishing bukan burnout sebab individu yang bersangkutan masih memiliki cukup energi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Languishing bukan pula depresi karena tidak muncul perasaan hopeless. Hanya saja individu yang tengah berada dalam fase languishing merasa tidak senang dan seperti hidup tanpa tujuan.

Istilah languishing menjadi populer sejak Psikolog Adam Grant merilis sebuah artikel yang berjudul “There’s a Name for the Blah You’re Feeling: It’s Called Languishing”. Istilah ini berkaitan langsung dengan emosi yang paling banyak dirasakan masyarakat pada tahun 2021, ketika kondisi kesehatan masyarakat dunia memburuk akibat pandemi Covid-19. 

Para psikolog sepakat bahwa languishing merupakan kondisi kelelahan mental yang valid dan lazim dialami oleh orang dewasa. Gejala yang dirasakan oleh setiap individu berbeda-beda. Apabila dilakukan pengujian secara klinis, tidak ditemukan gejala yang signifikan. Meski demikian, kondisi ini tetap perlu diwaspadai karena mengarahkan individu kepada kondisi mental destruktif. Berikut ini serangkain upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi languishing

a. Mengembangkan Kesadaran Diri (Self Awareness

Languishing terkadang tidak dianggap sebagai gangguan oleh individu yang mengalaminya. Namun, perasaan hampa yang memeluk mereka melemahkan kesejahteraan hidup yang dijalani dari hari ke hari. Mereka menganggap kehampaan tersebut adalah bagian dari hidup yang dijalani dan memang begitu adanya. Oleh sebab itu, penting untuk mengembangkan kesadaran diri (self awareness). Individu yang hidup berkesadaran, cenderung melihat dirinya dari dalam dan mengenali setiap perubahan kecil yang terjadi. Mengembangkan self awareness akan membantu individu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab serta gejala languishing pada dirinya. Dengan demikian, ia dapat mengambil langkah untuk keluar dari situasi tersebut dan kembali menemukan kesejahteraan hidup. 

b. Kuasai Suatu Bidang 

Kita tidak sedang membicarakan soal menilai sesuatu secara kuantitatif. Mulai sekarang, coba fokus kepada kualitas. Alih-alih membuat banyak percobaan supaya terlihat mahir dalam semua bidang, kita bisa menekuni satu bidang yang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki. Kemudian jadilah master di bidang tersebut. Bidang yang dimaksud tidak harus yang berhubungan dengan karir. Namun, yang terpenting dari bidang tersebut kita bisa membuat kemajuan besar dari langkah-langkah kecil yang kita lakukan setiap hari. Ada kekuatan yang  tersembunyi dalam menguasai sesuatu. Ketika benar-benar mahir dalam suatu bidang, rasa percaya diri sekaligus kepuasan terhadap hidup yang dijalani akan muncul seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, perlahan-lahan emosi hampa (languishing) yang dirasakan individu menjadi semakin samar. 

c. Melakukan Sesuatu di Luar Zona Nyaman 

Melakukan rutinitas yang monoton secara berulang-ulang bagi sebagian orang dapat menimbulkan kejenuhan. Rasa jenuh yang berkepanjangan apabila tidak dikelola dengan baik berpotensi mengarahkan individu kepada emosi hampa (languishing). Oleh sebab itu, berani mencoba melakukan sesuatu yang baru di luar zona nyaman merupakan tindakan yang hebat. Selain dapat membantu individu menemukan potensi baru dalam dirinya, mencoba hal baru salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membantu individu keluar dari kondisi languishing

d. Menempatkan Diri Pada Lingkungan yang Mencintai Anda 

Menurut Stenberg, cinta merupakan salah satu bentuk emosi manusia yang menunjukkan adanya komponen intimasi, hasrat, dan komitmen yang diarahkan pada orang tertentu (Snyder & Lopez, 2018). Cinta menunjukkan korelasi positif dengan emosi yang bersifat positif pula, seperti kebahagiaan, pandangan optimis, serta harapan terhadap masa depan. Seiring melimpahnya harapan untuk masa depan, maka rasa percaya diri dan kemampuan menghadapi dunia akan meningkat. Oleh sebab itu, cinta dapat dikatakan sebagai kebutuhan alami manusia (Dwijayani & Wilani, 2020). 

Sebagaimana yang telah disebutkan, cinta menghasilkan emosi positif. Menempatkan diri di tengah lingkungan yang berisikan orang-orang yang mencintai kita, akan menimbulkan perasaan bahagia sekaligus citra dan harga diri yang positif. Perasaan bahagia yang hadir mampu meningkatkan kesejahteraan hidup. Bila kesejahteraan hidup telah diperoleh, emosi hampa akan dapat diminimalisirkan atau justru ditiadakan sama sekali.


REFERENSI

American Psychological Association (APA).APA Dictionary of Psychology. https://dictionary.apa.org/languishing, diakses pada tanggal 07 Juni 2022. 

Dwijayani, N. K. K. (2020). Bucin itu Bukan Cinta: Mindful Dating for Flourishing Relationship. Widya Cakra: Journal of Psychology and Humanities, 1(1), 1- 11. 

Fowers, B. J., & Owenz, M. B. (2010). A Eudaimonic Theory of Marital Quality. Journal of Family Theory & Review, 2(4), 334–352. https://doi.org/10.1111/j.1756-2589.2010.00065.x.  

Grant, Adam. 2021. New York Times.“There’s a Name for the Blah You’re Feeling: It’s Called Languishing”. https://www.nytimes.com/2021/04/19/well/mind/covid-mental-health-languishing.html, diakses pada tanggal 07 Juni 2022. 

Keyes, C. L. (2002). The mental health continuum: From languishing to flourishing in life. Journal of health and social behavior, 207-222. 

Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Snyder, C. R. (2018). Positive psychology: The scientific and practical explorations of human strengths. Sage publications.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ESAI: Reinkarnasi dalam Perspektif Psikologi

REINKARNASI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI Foto oleh  Tima Miroshnichenko  dari  Pexels Reinkarnasi merujuk pada kepercayaan bahwa jiwa manusia yang sudah meninggal dapat dilahirkan kembali dalam raga manusia yang berbeda dan dihadirkan pada kehidupan yang lain. Istilah reinkarnasi akrab dengan dunia psikologi. Meski demikian, reinkarnasi masih menjadi kontroversi. Perdebatan terkait istilah reinkarnasi masih sering terjadi. Pada agama tertentu, konsep reinkarnasi bahkan menjadi salah satu pilar ajaran agama. Sebut saja agama Hindu dan Buddha. Kedua agama ini percaya semua makhluk hidup akan mengalami reinkarnasi. Bukan hanya manusia, tetapi juga hewan akan mengalaminya sebagai siklus dari kehidupan. Pada agama Hindu manusia menempati strata yang paling tingggi dalam rantai kehidupan sehingga muncul keyakinan reinkarnasi tertinggi adalah hidup sebagai manusia. Bahkan dewa atau malaikat yang ingin hidupnya sempurna, musti turun ke dunia untuk menyempurnakan jiwatman-nya sehingga men

CERPEN: Ayahku Seorang Sastrawan

AYAHKU SEORANG SASTRAWAN Foto oleh  Min An  dari  Pexels                      A yahmu selalu menghilang setiap senja memboyong serta mesin tik kesayangannya. Belakangan kamu tahu, beliau kabur ke toko kelontong. Di sana, beliau melentikkan jari pada mesin tik, menghabiskan berlembar-lembar kertas yang berkisah tentang malangnya kehidupan yang ia jalani. Ayahmu kerap menjual cerita sedih yang diromantisasi dan setelahnya melabeli dirinya seorang sastrawan. Kecintaan dan kecerdasannya dalam merangkai frasa memang tidak perlu disangsikan. Tapi keputusan ayahmu untuk memberi predikat sastrawan pada dirinya一menurutmu berlebihan. Tulisan beliau hanya dimuat di beberapa surat kabar lokal, tak pernah tembus sampai ke tingkat nasional. Bila disandingkan dengan sastrawan tenar pada masa itu seperti Pram, Widji Thukul atau W.S. Rendra, ayahmu hanya butiran debu. Pun, kamu tidak mengharapkan ayahmu jadi seperti mereka yang dikriminalisasi akibat gencar mengkritik rezim yang tengah berkuasa. Lagipu